Apa Itu Integrated Development Environment (IDE)? Yuk, Simak!

Integrated Development Environment (IDE) adalah software di dalam lingkungan pengembangan (Development Environment) yang berfungsi untuk memfasilitasi berbagai tool pemrograman dalam satu aplikasi. IDE membantu developer mengembangkan software dengan lebih mudah.

Sementara itu, Development Environment (DE) adalah ruang kerja bagi para developer untuk menciptakan atau membuat perubahan pada aplikasi tanpa memengaruhi produk yang sudah jadi. Perubahan ini bisa mencakup maintenance, debugging, dan patching.

Baik IDE maupun DE bisa jadi solusi jitu untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja developer. Mau tahu lebih lanjut? Lanjutkan membaca yuk! Kali ini kami akan membahas apa itu IDE dan DE, serta fungsi dan beragam tipenya.

Pengertian Integrated Development Environment (IDE)

Pengertian Integrated Development Environment adalah rangkaian software yang menyatukan semua tool pengembangan menjadi satu GUI (Graphical User Interface). Dengannya, proses pengembangan bisa menjadi lebih efisien dan lebih cepat.

Beberapa contoh Integrated Development Environment adalah:

  • NetBeans
  • Microsoft Visual Studio
  • Adobe Flex Builder
  • Eclipse.

Selain itu, IDE memiliki sejumlah fitur yang bisa membantu meningkatkan produktivitas kerja, seperti:

  • Editor kode – biasanya digunakan untuk menulis dan mengedit source code. Beberapa IDE juga terintegrasi dengan editor teks seperti editor HTML yang bisa menganalisis kata kunci dan error syntax.
  • Code completion – dikenal sebagai code prompt, fitur ini berfungsi untuk menganalisis seluruh kode guna mengidentifikasi dan menyisipkan komponen kode yang kurang atau hilang. Pekerjaan bisa selesai lebih cepat, dan bug atau error juga bisa diminimalkan.
  • Compiler – menerjemahkan plain text (teks biasa) menjadi bahasa pemrograman seperti JavaScript dan Python agar bisa diproses oleh komputer.
  • Debugger – membantu developer menemukan dan memperbaiki error kode dalam aplikasi atau website selama fase pengujian. Misalnya, debugging website WordPress akan memastikan fungsi dan performanya sudah cukup bagus sebelum dionlinekan dan bisa diakses oleh pengunjung.
  • Tool build automation – berfungsi untuk mengotomatiskan proses pembuatan dan pengembangan software, seperti proses compile kode sumber menjadi machine code, membuat package binary code, dan menjalankan uji otomatis.
  • Dukungan bahasa pemrograman – sebagian besar IDE ditujukan bagi bahasa pemrograman khusus. Xcode, contohnya, digunakan untuk mengembangkan macOS dengan bahasa Objective-C dan Swift. Namun, beberapa IDE juga menawarkan banyak bahasa seperti Eclipse dan Komodo IDE.
  • Version control – developer bisa menggunakan fitur ini untuk melacak perubahan yang sudah dibuat. Version control juga membantu Integrated Development Environment terhubung dengan repositori sumber yang digunakan developer.

Kemudian, ada beberapa IDE yang juga menyertakan class browser, object browser, dan class diagram. Perlu diingat bahwa Integrated Development Environment juga mungkin adalah aplikasi sendiri (stand-alone), meskipun merupakan bagian dari satu atau lebih aplikasi.

Macam-Macam Integrated Development Environment

Pada umumnya, setiap tipe proyek akan memerlukan IDE yang berbeda. Sebaiknya selalu pertimbangkan berbagai aspek, seperti bahasa pemrograman, kemudahan penggunaan, keandalan, dan jenisnya.

Beberapa jenis IDE juga menawarkan beragam fitur untuk membuat aplikasi yang berkualitas dalam cara yang lebih efisien.

Beberapa jenis Integrated Development Environment yang ada saat ini adalah:

  • Multilanguage – mendukung banyak program bahasa yang bisa membantu pemula meningkatkan skill. Misalnya, Visual Studio adalah salah satu contoh Integrated Development Environment multilanguage terpopuler yang menawarkan fitur-fitur canggih serta setup ekstensi dan upgrade yang mudah.
  • Mobile development – secara khusus dibangun untuk mobile development, seperti AppCode dan Android Studio. Beberapa Integrated Development Environment, terutama IDE multilanguage, mendukung plugin mobile development seperti Real-Time Chat dan File Manager.
  • Language-specific – dirancang untuk developer software yang bekerja menggunakan satu bahasa. Contohnya, Jikes dan Jcreator dibuat untuk Java, dan Idle untuk Python.
  • Cloud-based – menyediakan fitur built-in untuk pair programming real-time dengan feedback langsung yang memungkinkan developer membuat software hanya menggunakan browser sehingga mereka bisa mengakses kode secara remote (jarak jauh).
  • HTML – digunakan untuk mengembangkan aplikasi HTML seperti Notepad++, Atom, dan Adobe DreamWeaver CC. Tool ini mengotomatiskan banyak tugas dalam web development.

Apa Itu Development Environment (DE)?

Nah, selanjutnya, kami akan membahas tentang Development Environment secara mendasar. Tergantung pada kebutuhan website, hampir semua DE memiliki empat tingkatan server, termasuk server development dan server staging.

Semua perubahan yang sudah dibuat akan diimplementasikan dulu di berbagai jenis lingkungan sebelum dirilis atau dionlinekan pada produk yang sebenarnya.

Jadi, bisa dibilang bahwa Development Environment adalah ruang terisolasi yang digunakan untuk proses pengembangan tanpa memengaruhi versi website, software, atau aplikasi yang sudah dirilis atau online.

Berkat fungsinya tersebut, banyak developer yang menggunakannya untuk membuat dan menguji source code dalam aplikasi tanpa perlu khawatir akan mengganggu pengguna. Sebab, perubahan atau pembaruan tidak bisa langsung dilihat oleh pengguna sebelum dirilis.

Development Environment juga bisa digunakan untuk membuat software bagi klien yang tidak memiliki layanan web hosting, atau tanpa perlu mengakses server mereka. Hal ini bisa dilakukan karena aplikasi server suite Anda disimpan di perangkat lokal, misalnya komputer.

Tampilan homepage resmi XMAPP

Selain memastikan aplikasi berfungsi sesuai yang diharapkan bagi end-user, fungsi lain Development Environment adalah:

  • Menyederhanakan alur kerja – DE memudahkan developer mengonfigurasi setiap tool pengembangan tanpa harus mengaturnya sendiri-sendiri. Dengan begitu, proses pengembangan software bisa diselesaikan dengan lebih cepat.
  • Meminimalkan terjadinya error – Lingkungan pengujian memungkinkan developer menguji setiap kode sehingga mempermudah proses identifikasi dan perbaikan error.
  • Meningkatkan produktivitas – Proses development jadi lebih ringkas karena developer bisa melakukan banyak tugas dengan lebih cepat dan lebih efisien. Contohnya, parsing kode dan analisis syntax bisa dilakukan sambil mengedit.
  • Menstandarkan proses pengembangan – Antarmuka DE membantu beberapa orang developer untuk saling bekerja sama dan menghemat waktu.

Jenis Development Environment yang Ada Saat Ini

Karena fungsi Development Environment adalah untuk mengembangkan, menguji, dan mendebug aplikasi atau website, lingkungan ini memiliki berbagai jenis server. Tiap-tiapnya memiliki fungsinya sendiri, seperti:

  • Development server (server pengembangan) – lingkungan inti tempat developer membuat kode dan mengujinya langsung ke aplikasi. Server ini menyediakan hardware dan software standar untuk tugas-tugas terkait development, seperti pemrograman, desain, dan debugging.
  • Test server (server pengujian) – di environment ini, developer bisa mengidentifikasi dan mengatasi error yang mungkin memengaruhi alur kerja aplikasi dan pengalaman pengguna. Singkatnya, server ini memungkinkan developer mengecek apakah semua fungsi sudah berjalan sebagaimana mestinya.
  • Staging server (server staging) – membantu developer membuat produk duplikat untuk ditunjukkan kepada klien, tetapi bukan kepada pengguna. Dengan server staging, developer bisa melakukan perubahan yang diperlukan dan memastikan aplikasi bisa berjalan lancar pada server produksi. Misalnya, server WordPress staging environment bisa digunakan untuk memperbarui tema tanpa mengacaukan website yang sudah online.
  • Production server (server produksi) – juga dikenal sebagai live environment, aplikasi yang sudah masuk ke tahap ini berarti sudah bisa digunakan oleh para pengguna akhir. Meskipun produk di server ini sudah berfungsi dengan baik dan lulus semua tes, developer masih bisa mengujinya dan menambahkan fitur baru di langkah terakhir ini.

Kesimpulan

Selesai! Sekarang Anda sudah tahu apa itu Integrated Development Environment beserta contoh dan jenis-jenisnya. Di artikel ini, kami juga menjelaskan pengertian Development Environment atau lingkungan pengembangan secara mendasar.

Jadi, Development Environment secara umum mencakup seluruh area dari server pengembangan dan staging hingga produksi, sedangkan Integrated Development Environment hanya mengacu pada aplikasi yang digunakan untuk coding.

Setelah membaca artikel ini, semoga Anda bisa lebih memahami perbedaan antara Development Environment dan Integrated Development Environment. Kalau masih memiliki pertanyaan, tuliskan di kolom komentar di bawah ini, ya!

Author
Penulis

Faradilla A.

Faradilla, yang lebih akrab disapa Ninda, adalah Content Marketing Specialist di Hostinger. Ia suka mengikuti tren teknologi, digital marketing, dan belajar bahasa. Melalui tutorial Hostinger ini, Ninda ingin berbagi informasi dan membantu pembaca menyelesaikan masalah yang dialami. Kenali Ninda lebih dekat di LinkedIn.